*MUTIARA HIKMAH*
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻.
*BUYA HAMKA, HIKMAH DI BALIK PENJARA*
"Presiden Soekarno pernah 'menyerang' ulama besar di masanya, Buya Hamka. Bersama Mohammad Yamin, Soekarno melalui headline beberapa media cetak asuhan Pramoedya Ananta Toer melakukan pembunuhan karakter atas diri Hamka, namun tak sedikit pun fokus Hamka bergeser dalam menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar. Sebab terlalu kuatnya karakter Hamka, di tahun 1964, Soekarno tak sungkan-sungkan menjebloskan ulama besar asal Minangkabau ini ke dalam penjara tanpa melewati persidangan.
2 tahun 4 bulan lamanya Hamka dipenjara, apakah lantas ia bersedih, mendendam dan mengutuk-ngutuk betapa jahatnya Soekarno padanya?
Tidak! Hamka justru bersyukur bisa masuk penjara. Di dalam terali besi itu ia punya waktu yang banyak untuk menyelesaikan 30 juz Tafsir Alqur'an yang dikenal dengan Tafsir Al-Azhar.
Lantas, bagaimana dengan ketiga tokoh tadi? Pramoedya, Mohammad Yamin dan Soekarno?
Ternyata Allah masih sayang pada mereka, Pramoedya, Mohammad Yamin dan Soekarno. Kekejian mereka pada Buya Hamka tidak harus diselesaikan di akhirat. Allah mengizinkan masalah ini diselesaikan di dunia.
Di usia senja, Pramoedya mengakui kesalahannya di masa lalu. Ia mengirim putrinya, Astuti dengan calon suaminya, Daniel yang mualaf untuk belajar Islam pada Hamka sebelum mereka menjadi suami istri. Apakah Hamka menolak? Tidak! Justru dengan hati yang sangat lapang Hamka mengajarkan ilmu agama pada anak dan calon menantu Pramoedya tanpa sedikit pun mengungkit-ungkit kekejaman Pramoedya. Astuti, anak perempuan Pramoedya pun menangis haru melihat kebesaran hati ulama besar ini. Hamka juga yang menjadi saksi atas pernikahan anak Pramoedya.
Saat Mohammad Yamin sakit keras, ia meminta orang terdekatnya untuk memanggil Hamka. Dengan segala kerendahan hati dan penyesalannya pada ulama besar ini, Mohammad Yamin meminta maaf atas segala kesalahannya. Dalam kesempatan nafas terakhirnya, tokoh besar Indonesia, Mohammad Yamin pun meninggal dunia dengan ucapan kalimat-kalimat tauhid yang dituntun oleh Hamka.
Begitu juga dengan Soekarno, Hamka justru berterima kasih dengan hadiah penjara yang diberikan padanya karena berhasil menulis buku yang menjadi dasar umat Islam dalam menafsirkan Alqur'an. Tak ada marah, tak ada dendam, ia malah merindukan tokoh besar Indonesia, proklamator bangsa karena telah membuat ujian hidup sang Buya menjadi semakin berliku namun sangat indah. Hamka ingin berterima kasih untuk itu semua. Tanggal 16 Juni 1970, seorang ajudan Soekarno datang ke rumah Hamka membawa secarik kertas bertuliskan pendek;
“Bila aku mati kelak, aku minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku.”
Hamka langsung bertanya pada sang ajudan, "Di mana? Di mana beliau sekarang?" Dengan pelan dijawab, "Bapak sudah wafat di RSPAD, jenazahnya sedang dibawa ke Wisma Yoso."
Mata sang Buya menjadi sayu dan berkaca-kaca. Rasa rindunya ingin bertemu dengan tokoh besar negeri ini malah berhadapan dengan tubuh yang kaku tanpa bisa berbicara. Hanya keikhlasan dan pemberian maaf yang bisa diberikan Hamka pada Soekarno. Untaian doa yang lembut dan tulus dipanjatkannya saat menjadi Imam Shalat Jenazah Presiden Pertama Indonesia.
Kemudian Buya Hamka dipercaya sebagai ketua Majelis Ulama Indonesia yang pertama kali, 26 Juli 1975 hingga tahun 1981. Buya Hamka mendapat gelar doktor honoris causa dari Universitas Al Azhar Mesir dan Universitas Nasional Malaysia, dan memperoleh gelar guru besar / Profesor dari Universitas Prof.Dr. Mustopo di Jakarta.
Karya tulis Buya Hamka lebih dari 75 buku, dan magnum opusnya adalah Tafsir Al Azhar sejumlah 30 jilid. Kitab/ buku Tafsir tafsir yang bagus, bermutu dan luas penafsirannya. Juga menulis buku / khitab : Khatibul Ummah ( bahasa arab 3 jilid), Sejarah Umat Islam, Pembela Islam ( Tarikh Sayidina Abubakar Asshidiq), Pribadi Hebat, Adat Minangkabau dan Agama Islam, Tasawuf Modern, Arkanul Islam, Falsafah Hidup, Revolusi Agama, Islam dan Demokrasi, Negara Islam, Pedoman Muballigh Islam, Kenang-kenangan Hidup, Pelajaran Agama Islam, Pandangan hidup Muslim, Falsafah hidip, Pedoman Hidup, Ghirah: Cemburu karena Allah, Dibawah lindungan Kakbah, Ayahku, Perkembangan Tasawuf dari Abad ke Abad, Sayyid Jamaludin Al Afghani, Ekspansi Idiologi ( Al ghaswul Fikri), Kedudukan Perempuan Dalam Islam, Falsafah Idiologi Islam, Lembaga Hikmat, Lembaga Hidup, Doa-Doa Rasulullah Saw, Pengaruh ajaran Muhammad Abduh di Indonesia ( Pidato di Kairo Mesir 1958). Untuk Doktor Honoris Causa di Universitas Al Azhar Mesir. Dll.
Buya Hamka lahir di Desa kampung Molek, Maninjau Sumatera Barat, 17 Februari 1908 dan Wafat 24 Juli 1981 di Jakarta.
Terima kasih Buya, atas pembelajaran kehidupan dari cerita hidupmu...
Semoga bermanfaat. Aamiin.
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿