Jumat, 31 Juli 2020

ikhlas dalam menuntun bukan menuntut

Ternyata selama ini saya keliru, bahkan mungkin salah besar dalam mengarungi kehidupan berumah tangga. Dan bisa jadi ini juga dialami banyak orang. Menuntut, ya kita selalu menuntut agar pasangan kita lebih baik dan sesuai harapan kita, padahal sejatinya sebagai manusia tentu kita banyak kekurangan. 

Dalam satu kesempatan tanpa sengaja saya menonton sebuah tayangan di youtube , cerita tentang sepasang suami istri yang begitu harmonis. Rahasianya menurut mereka adalah merubah ego untuk menuntut menjadi kesadaran untuk menuntun. Maksudnya apa? Maksudnya sebagai suami tugasnya adalah menuntun istri bila ada sikap dan ucapannya yang kurang berkenan, memberinya teladan yang baik agar perlahan lahan sikap dan ucapannya menjadi lebih baik. Begitu pula sebaliknya. Dalam kesempatannyang lain bisa jadi kita sebagai suami yang bersikap kurang berkenan maka sang istri menuntun suaminya dengan nasehat yang lembut dan penuh kasih sayang. Tentu saja ini bukan sesuatu yang mudah, diperlukan kesabaran dan keikhlasan.


Pada momentum hari raya idul adha ini, mari kita belajar pada kesabaran dan keikhlasan nabi Ibrahim alaihi salam. Bagaimana sikapnya dalam berumah tangga , menuntun keluarganya agar senantiasa bersikap baik dan sabar penuh ketakwaan dan keikhlasannya dalam merelakan anaknya nabi Ismail untuk disembelih (faktanya yang disembelih adalah seekor kambing).. Tujuannya adalah membuang ego sebagai manusia yang merasa memiliki dan mencntai sesuatu di dunia. Karena pada hakikatnya semua adalah milik Allah swt.

Banyak lagi teladan yang bisa kita contoh dari nabi Ibrahim alaihi salam. Tapi di sini saya lebih menekankan tantang sikap manusia yng selalu menuntut dan bukan menuntun. Bayangkan bila dalam berkeluarga kita lebih mengedepankan tuntunan dari pada tuntutan, niscaya semuanya akan lebih baik dan harmonis penuh kasih sayang. Tentu dengan mengharap ridho dan rahmat Allah swt.

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar