Selasa, 27 September 2016

Orang Tua berhutang banyak cinta pada Anak 🙄🤓

Kita selalu berhutang banyak cinta kepada anak-anak. Tidak jarang, kita memarahi mereka saat kita lelah. Kita membentak mereka padahal mereka belum benar-benar paham kesalahan yang mereka lakukan. Kita membuat mereka menangis karena kita ingin lebih dimengerti dan didengarkan. Tetapi seburuk apapun kita memperlakukan mereka, segalak apapun kita kepada mereka, semarah apapun kita pernah membentak mereka... Mereka akan tetap mendatangi kita dengan senyum kecilnya, menghibur kita dengan tawa kecilnya, menggenggam tangan kita dengan tangan kecilnya. Seolah semuanya baik-baik saja, seolah tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya. Mereka selalu punya banyak cinta untuk kita, meski seringkali kita tak membalas cinta mereka dengan cukup. Kita selalu berhutang banyak kebahagiaan untuk anak-anak kita. Kita bilang kita bekerja keras demi kebahagiaan mereka, tetapi kenyataannya merekalah yg justru membahagiakan kita dalam lelah di sisa waktu dan tenaga kita. Kita merasa bahwa kita bisa menghibur kesedihan mereka atau menghapus air mata dari pipi-pipi kecil mereka, tetapi sebenarnya kitalah yg selalu mereka bahagiaka. Merekalah yg selalu berhasil membuang kesedihan kita, melapangkan kepenatan kita, menghapus air mata kita. Kita selalu berhutang banyak waktu tentang anak-anak kita. Dalam 24 jam, berapa lama waktu yg kita miliki untuk berbicara, mendengarkan, memeluk, mendekap, & bermain dengan mereka? Dari waktu hidup kita bersama mereka, seberapa keras kita bekerja untuk menghadirkan kebahagiaan sesungguhnya di hari-hari mereka, melukis senyum sejati di wajah mungil mereka ? Tentang anak-anak, sesungguhnya merekalah yg selalu lebih dewasa & bijaksana dari pada kita. Merekalah yg selalu mengajari dan membimbing kita menjadi manusia yg lebih baik setiap harinya. Seburuk apapun kita sebagai orangtua, mereka selalu siap kapan saja untuk menjadi anak-anak terbaik yg pernah kita punya. Kita selalu berhutang kepada anak-anak kita. Anak-anak yg setiap hari menjadi korban dari betapa buruknya cara kita mengelola emosi. Anak-anak yg terbakar residu ketidakbecusan kita saat mencoba menjadi manusia dewasa. Anak-anak yg menanggung konsekuensi dari nasib buruk yg setiap hari kita buat sendiri. Anak-anak yg barangkali masa depannya terkorbankan gara-gara kita tak bisa merancang masa depan kita sendiri. Tetapi mereka tetap tersenyum, mereka tetap memberi kita banyak cinta, mereka selalu mencoba membuat kita bahagia. Maka dekaplah anak-anakmu, tataplah mata mereka dengan kasih sayang & penyesalan, katakan kepada mereka, "Maafkan untuk hutang-hutang yg belum terbayarkan ! Maafkan jika semua hutang ini telah membuat Tuhan tak berkenan. Maafkan karena hanya pemaafan dan kebahagiaan kalianlah yg bisa membuat hidup ayah & ibu lebih baik dari sebelumnya. Lebih baik dari sebelumnya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar