Duhai istriku,
Aku suamimu dengan segala kerendahan hati aku mohon, jika aku lalai tegur aku akan tugasku sebagai qawam bahtera ini, sebagaimana Allah sudah sampaikan “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita” (QS. An Nisa :34).
Sungguh tidak ringan kewajiban itu, tapi bersamamu aku akan merasa tenang. Setenang air dalam telaga, karena kaulah sahabatku. Maha Benar Allah dengan firman-Nya “Dialah yang menciptakan kalian dari satu orang, kemudian darinya Dia menciptakan isterinya, agar menjadi cocok dan tenteram kepadanya” (QS. al-A’raf 189).
Dan Allah SWT juga berfirman “Dan termasuk tanda-tanda kekuasan-Nya Dia menciptakan bagi kalian isteri-isteri dari diri kalian agar kalian cocok dan tenteram kepadanya dan Dia menciptakan cinta dan kasih sayang diantara kalian” (QS. ar-Rum 21).
Duhai istriku,
Bahtera itu tidak selalu tenang dilautan, ada riak gelombang yang akan menguji kesabaran dan kesyukuran. Saat itulah aku membutuhkanmu, untuk selalu menggenggam tangan ini dengan ketenangan, tetap melangkah, sambil berucap ”Allah tidak akan membebani hamba-Nya melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. al-Baqarah 286).
Setiap ujian yang kita lalui, yakinlah Allah akan selalu menghadirkan kebaikan buat kita, sebagaimana janji Rasulullah Saw “Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusan baik baginya dan kebaikan ini tidak dimiliki oleh selain seorang mukmin. Apabila mendapat kesenangan ia bersyukur dan itulah yang terbaik untuknya. Dan apabila mendapat musibah ia bersabar dan itulah yang terbaik untuknya.” (HR. Imam Muslim].
Karena memang iman itu terbagi dua, “Iman terbagi dua, separuh dalam sabar dan separuh dalam syukur.” (HR. Al-Baihaqi).
Duhai istriku,
Aku teringat bahwa aku memilihmu karena keelokan perilakumu, keteguhan pikiranmu, dan aku yakin kau memang hadiah terindah dari Sang Khalik untukku, aku bersyukur atas nikmat itu. “Barang siapa yang dikaruniai oleh Allah seorang wanita yang shalihah, berarti dia telah menolongnya atas separuh agamanya, maka hendaklah ia bertakwa kepada Allah pada yang separuh yang kedua“ (HR Al Hakim).
“Dunia adalah perhiasan, sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalihah” (HR Muslim). Ibarat intan emas permata yang dihadiahkan untukku, maka akan aku jaga, dengan segenap raga, hingga Allah mempertemukan kita di surga-Nya.
Duhai istriku,
Langkah ini sudah dan masih terayun, bahkan dalam hitungan tahun, pastilah ada ketidaksempurnaan tersusun. Apalagi dalam hal memenuhi kewajibanku sebagai suami, menafkahi. Untuk itu, aku mohon ingatkan aku akan firman-Nya “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberikan nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya“ (QS. Ath-Thalaq 7).
Pun terhadap kewajiban-kewajibanku yang lain, ingat dan tegurkan aku atas hal itu, agar aku bisa menjaga keluarga ini dari siksa-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, pelihara dirimu dan keluargamu dari api neraka” (QS. At Tahrim:6)
Duhai istriku,
Diri ini bukan embun yang selalu memberi kesejukan pagi hari, bukan pula angin sepoi-sepoi yang memanjakan ditengah terik mentari. Jikalau ada tutur lisan dan perilaku yang kurang berkenan, maka sudilah kiranya kau memaafkan aku. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda “Seorang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik ahklaqnya, dan sebaik-baiknya kalian ialah yang terbaik kepada istrinya“ (HR. At Tirmidzi).
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku” (HR. Ibnu Hibban).
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imron 159).
Duhai istriku,
Kau memang bukan qadamku, tapi kau melayaniku dengan ketaatan, dan kelembutanmu. Kau memang bukan budakku, tapi kau melayaniku dengan kesetiaanmu, dan pengorbananmu. Sungguh tak elok, jikalau aku tak membalasnya dengan hal yang serupa. Rasulullah Saw bersabda “Hak isteri pada suami adalah memberi makan kepada isterinya, apabila ia makan, memberi pakaian kepadanya jika ia berpakaian, tidak memukul pada muka dan tidak berbuat jelek serta tidak memisahkan diri kecuali dari tempat tidur” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majjah).
Duhai istriku,
Dalam setiap lirih doaku, aku selalu munajat agar pertautan hati selama ini ditetapkan dalam keridhaan-Nya. Aku selalu memohon agar kasih indah dalam rajutan pernikahan suci ini, bisa membawa kita menuju Jannah-Nya. Aku selalu meminta agar Sang Pemilik Cinta, menjaga cinta kita akan jadi persembahan terindah hingga akhirnya. [Luky B. Rouf]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar